Sampaikan olehmu walau hanya satu ayat”. Demikianlah bunyi salah satu hadist Rasulullah saw. Hadist tersebut mengindikasikan anjuran berdakwah bagi umat islam.
Agama islam sangat manganjurkan umatnya untuk berdakwah. Mengapa tidak, berdakwah merupakan cara yang paling efektif didalam menyebarkan agama islam seluas mungkin.
Ada banyak metode yang digunakan didalam berdakwah, salah satunya adalah metode bilqalam(tulisan). Metode ini sudah tidak asing lagi di kalangan ulama. Ulama tempo dulu bahkan sudah sangat populer. Mereka menulis ilmu-ilmu yang mereka kuasai yang selanjutnya akan diajarkan dan disebar luas ke seluruh pelosok dunia.
Tidak bisa di pungkiri bahwa, kejayaan islam dimasa lampau itu tidak terlepas dari peran para ulama-ulama yang konsisten didalam berdakwah dengan penanya lembaran sejarah membuktikan bahwa cukup banyak ulama-ulama yang hampir menghabiskan semua masa hidupnya hanya untuk berdakwah dengan menyusun berbagai macam kitab. Sebut saja seperti Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Imam Al Ghazali dan sederetan ulama-ulama tersohor lainnya. Ulama-ulama di abad 19 pun tidak kalah, diantaranya, Syeikh Dr. Wahbah Azzuhaily(Suriah) penyusun kitab fiqh wa adillah yang menghabiskan 8 jam dalam sehari untuk menulis berhasil menyusun lebih dari 200 judul kitab. Dan masih banyak lagi, seperti Syeikh Ali As Shabuni(Mekkah), Syeikh Yasin Al Fadany(Mekkah), Dr. Yusuf Qardawy(Mesir), dan sederetan ulama-ulama kondang lainnya.
Ulama Nusantara cukup banyak juga yang melestarikan dakwahnya dengan qalam. K.H. Sirajuddin Abbas, Syeikh Ihsan Al Kadiri yang menyusun hingga puluhan judul kitab dan buku. Diantaranya Sirajul Munir dan Sirajut Talibin. Ulama-ulama juga tidak ketinggalan didalam berdakwah dengan qalam. Syeikh Abdurrauf As Singkili dengan kitab Mira’atul Tulab, Syeikh Abdus Samad Al Falimbangi dengan karyanya kitab Sirus Salikin. Demikian pula Prof. Dr. Abuya Muhibbudin Waly dengan karyanya Tafsir Waly dan lain-lain.
Sebenarnya cukup banyak ulama Aceh yang tidak kalah hebatnya apabila di komparasikan dengan ulama-ulama daerah lain, hanya saja kepiawaian ulama Aceh tidak begitu terlihat di kancah Internasional, karena sedikit karyanya.
Jika kita ingin menganalisa terlebih dalam di balik kesuksesan ulama terdahulu didalam berdakwah dengan qalam ternyata berdakwah dengan qalam mempunyai beberapa kelebihan.
Pertama untuk menjaga ilmu lupa merupakan salah satu tabiat dari manusia. Ahli hikmah arab juga pernah mengungkapkan “Manusia merupakan tempat salah dan lupa”. Itulah manusia, ilmu pengetahuan akan sangata mudah di lupakannya dan mencatat atu menulis salah satu cara paling jitu untuk menjaga ilmu. Sehingga ilmu tidak mudah hilang begitu saja dan andaikan lupa mudah bagi kita untuk mengingatnya kembali hanya dengan membuka dan membaca tulisan kita.
Kedua untuk mengekalkan ilmu. Kita semua tidak hidup sehat selamanya. Salah satu carannya agar ilmu yang kita miliki hari ini kekal sepanjang masa adalah dengan menulisnya, dengan dinikmati oleh masyarakat di masa sekarang. Akan tetapi, akan mampu di komsumsi oleh masyarakat di masa selanjutnya tanpa ada batas waktu. Coba kita bayangkan andai para ulama dahulu tidak gigih dalam menulis ilmunya maka tentu tidak akan kita nikmati ilmu mereka pada hari ini. Sejarah mencatat bahwa dahulu cukup banyak yang berkembang tidak hanya 4 mazhab saja seperti yang populer sekarang ini. Tapi ada puluhan mazhab lain, tetapi kemana mazhab-mazhab tersebut dan pengikutnya. Punah atau hilanglah jawaban yang tepat ini tiadak terlapas daripada pengaruh ulama-ulama di dalam mazhab tersebut yag kurang gigih dalam melestarikan dan membukukan isi mazhabnya hingga akhirnya mahab hilang di terpa oleh masa. Berbeda dengan 4 mazhab ini (Hanafi, Maliki, Syafi’i, hanbali) dimana para ulama di dalam mazhab ini cukup konsisten di dalam membukukan isi mazhabnya maka hasilnya sampai sekarang 4 amzhab ini hasil exis dan pengikutnya tersebar di seluruh pelosok dunia.
Ketiga memperluas ruang dakwah dengan kita menulis ilmu yang kita miliki tidak akan di ambil manfaat oleh masyarakat di sekitar kita aja tetapi ilmu kita akan mampu di serap oleh masyarakat dunia tanpa di batasi oleh jarak.
Berangkat dari kesuksesan dan kegigihan ulama-ulama tempo dulu di dalam menyebarkan dakwah bagi kita sebagai sebagai santri dan ulama Aceh untuk ambil bagian dalam dakwah dengan pena(tulisan). Apalagi kecanggihan teknologi semakin pesat, semua orang bebas mengaplikasikan ilmunya di media-media. Kecanggihan tersebut seringkali dimanfaatkan oleh musuh-musuh islam untuk menyebarkan kebahagiaan , memfitnah, menjual propaganda-propaganda palsu hingga membida’hkan sesama, sebagai bukti coba kita searc di google tulisan-tulisan islami hampir semua komposisi tulisan keuar dari bingkai Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Andai para santri dan ulama tidak tanggap(responsif) dalam menanggapinya. Tentu masyarakat awam akan sangat mudah mengosumsi ilmu-illmu yang mereka bacakan. Walhasil mereka akan salah memahami islam. Maka oleh karena itu kontribusi dan kreativitas santri dan ulama melalui tulisan sangatlah di butuhkan guna meluruskan kembali kebanaran-kebenaran islam yang sudah pernah di bawa oleh Rasulullah saw.
Sumber: Umdah
0 Response to "Ayo Berdakwah Dengan Qalam"
Posting Komentar